Kamis, 09 Juli 2015

AYO JADI PEMBENCI SETAN SANG MAHLUK SIALAN

   SETAN, apapun sebutannya atau julukannya seperti gendruwo, jin, siluman, kuntilanak, tuyul, wewe, buto ijo, pocong, demit, jurik, tetaplah mahluk tergolong setan. Masing-masing daerah di bumi Nusantara punya sebutan sendiri pada golongan setan - si mahluk sialan - mahluk rendah, mahluk berengsek.

   Setan hanya takut kepada orang beriman, yang beriman sepenuhnya kepada Tuhan Allah. Karena jiwa orang beriman yang hanya percaya dan pasrah sepenuh jiwa pada kebesaran Tuhan, sebenarnya dari tubuhnya akan memancarkan cahaya Illahi. Pancaran cahaya Illahi karena keimanan seseorang pada Allah juga dapat dilihat oleh setan dan dirasakan wibawa auranya. Selain itu dapat pula "dilihat" oleh manusia yang punya indera ke enam. Tanda atau bukti bahwa seseorang beriman tidaklah terlihat dengan bentuk atribut-atribut atau berupa simbol tertentu yang dikenakannya. Sedangkan setan sendiri juga tidak takut pada sekedar berbagai bentuk fisik dan aneka simbol ataupun atribut, yang dikira oleh orang pemakainya adalah bagian dari keimanan yang bakal dapat menakuti malahan disangka bisa mengusir setan. Dampaknya malahan cuma menguntungkan pelaku bisnis penjual atribut-atribut dan bermacam simbol yang terlanjur diyakini bermanfaat untuk anti setan. Keadaan demikian cenderung bisa menyesatkan. Dalam bisnis perangkat yang didengungkan sebagai bagian penting dari orang beriman, justru juga dimanfaatkan oleh kalangan yang mengaku spiritual dan paranormal untuk aksi cari pengikut atau massa.

   Bagi orang yang merasa beriman mestinya mencoba melakukan test ketahanan imannya, dengan melakukan uji nyali mendatangi tempat yang dikenal angker atau di lokasi dianggap oleh warga setempat ada yang "bhaurekso", dan banyak mahluk sialannya seperti di kuburan yang dikeramatkan , pohon besar sudah tua , goa wingit, kedung sungai, ngarai atau hutan yang masih gung liwang liwung. Cara ini aksi lebih santun terlebih bila dilakukan tanpa pamer dan cari pujian, ketimbang gembar-gembor ke khalayak secara demontratif, termasuk liwat media seakan-akan dirinya sudah paling beriman.

   Dalam uji nyali tidak perlu berjamaah, jadi datang sendiri saja dan pilih di malam hari yang dianggap keramat dan tabu oleh penduduk lokal. Di tempat itu cukup berpenampilan biasa saja dan normal, tidak perlu bergaya seperti paranormal atau tokoh spiritual. Kalau selama uji nyali alias uji ketahanan iman tidak dapat gangguan apapun, tidak muncul penampakkan aneh-aneh, tidak mendengar suara menakutkan bikin merinding, tidak ditimpuki setan, tidak dicolek bahkan tidak kesurupan, berarti keimanan seseorang tampak nyata dalam dirinya dan di mata setan.

   Selama uji nyali - uji keimanan - tidak perlu repot-repot membaca macam-macam ayat, doa atau mantra apalagi dengan suara keras atau membawa perangkat perlengkapan berdoa. Hafal ayat-ayat bisa juga dilakukan oleh orang atheis. Menghafal ayat yang tidak dilambari rasa percaya dan yakin cuma sampai tersangkut diotak, namun tidak sampai merasuki di batinnya. Keimnanan seseorang yang sudah "loro-loro ning atunggal" yaitu manunggalnya zat Ilahi  dalam diri seseorang, jika berada di sarang setan, maka setan pun akan menyingkir tanpa perlu repot-repot merapal doa atau membaca berbagai ayat untuk menyingkirkan seran. Pancaran cahaya keimanan dari jauh sudah terlihat oleh setan dan golongan mahluk rendah, efeknya pula kemampuan sihir si setan akan lumpuh.

   Mereka yang mengaku paranormal tapi masih bisa dibentak setan, ditantang duel, ditarik setan sampai ia juga jadi kesurupan, walau akhirnya bisa mengeluarkan dhemit yang merasuk ke tubuhnya, menunjukkan keimanannya masih belum manunggal dengan zat Ilahi. Untuk di acara tontonan di Film, sinetron atau TV memang tampak seru dan menarik yang diselingi gaya bersilat, tapi di lain hal menunjukkan kelemahan pertahanan keimanannya. Tanpa disadari, malahan aksinya seperti mengajak penonton untuk suatu saat bila berada di tempat angker agar hormat dan memberi salam kepada setan, karena dia sebagai paranormal saja yang sudah merasa mumpuni melebihi orang biasa  masih mengucapkan salam kepada setan sialan. Parahnya ada yang katanya paranormal sakti masih menghaturkan sesaji kepada mahluk-mahluk sialan , dan jalankan ritual atau melakukan prosesi memenuhi persyaratan lain seraya harus bersikap hormat menyembah ke sang setan, jin atau siluman berengsek.

                                                                    ***
   BAGI orang beriman kepada Tuhan Allah, pantang mengucap salam atau berkata "permisi" kepada setan-setan yang bersarang di rumah kosong, gedung tua, di kuburan angker, di pohon-pohon besar yang sudah tua, di dalam goa, di hutan yang masih gung liwang liwung, di gunung, di bukit, di sungai atau di laut. Mahluk rendah itu sebenarnya tidak pantas menempati ruang lingkup hidup manusia, sekalipun di sebutir pasir. Disayangkan ada acara tontonan di TV swasta yang menampilkan orang yang disebut tokoh spiritual atau paranormal dan didampingi bintang tamu artis, mengucapkan salam atau "permisi" disaat berada di tempat angker alias wingit. Aksi tersebut secara sengaja ataupun tidak sengaja, seperti mengajak penonton di rumah untuk meniru ikut mengucapkan salam atau permisi kepada setan, si mahluk sialan, bila berada ditempat yang dirasa angker

   Mengaku atau merasa sudah beriman, tetapi begitu berada di sarang setan masih mengucap salam atau permisi bahkan berkata "numpang-numpang", berarti dia sudah meremehkan eksistensi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas semesta alam, selain itu jelas menunjukkan kerapuhan batinnya. Sedangkan orang yang percaya pada setan, tergolong bejad jiwanya, begitu juga yang mengandalkan bantuan setan lalu memujanya (seperti yang melakoni pesugihan, ngepet). Memang ada orang yang merasa takut berkepanjangan, sehingga akhirnya bersedia "berdamai" dan memberi hormat berupa menghaturkan sesaji/sajen, ube rampe, hingga korban sebagai tumbal/wadal, lalu mengikuti petuah atau larangan yang dipersyaratkan setan. Selanjutnya bersedia memuja dengan takjim.  Hal ini berarti telah memerosotkan keluhuran dan derajat jiwa sendiri yang akhirnya menjadi lebih rendah daripada setan.

   Nampak konyol pula, orang yang mengaku beriman apabila bicara menyangkut soal setan masih mengatakan : "percaya nggak percaya" pada mahluk sialan tersebut. Setan memang ada, tetapi bagi orang beriman tidak akan mengakui keberadaannya dan tidak mempercayai eksistensinya. Iblis sang master setan sudah pengalaman ribuan tahun di bidang penyesatan iman, sehingga mampu membuat orang yang kosong imannya atau peragu kian menjauhi Tuhan. Orang yang demikian kemudian akhirnya jatuh keasyikan menjadi pengikut iblis, melalui aksi anak buahnya yaitu para siluman, jin, jurik, dan bangsa dhedemit berengsek lainnya.

   Mahluk sialan tersebut dari abad ke abad sudah canggih untuk mempengaruhi orang kosong iman dan yang masih tanggung nilai keimanannya. Jin/ siluman bisa sanggup nampak mempesona mereka, misalnya liwat wujud wanita cantik berpenampilan bagai ratu. Padahal sebenarnya hanya jin siluman berwujud ular raksasa berwarna kehijauan yang berkepala manusia. Karena merasa takjub dan tidak berdaya (akibat tidak beriman), maka muncul mitos sesat yang berkembang tentang mahluk sialan tersebut. Kemudian menjadi mudah termakan oleh pendapat orang lain yang berkategori juga peragu imannya dan hampa batinnya. Malahan akhirnya jin siluman sialan itu dipuja dan disajeni rutin agar tidak diganggu atau dicabut bantuan syaitaninya dalam urusan duniawi, seperti mendapatkan kekayaan dengan cara mudah, atau pamgkat bahkan pelaris usaha.

   Parahnya, untuk bukti hormat dan bakti pada mahluk berengsek dilakukan pula kelengkapan ritual pemujaan atau penghormatan, lalu digabung dengan adat kebiasaan setempat lainnya. Seakan-akan tindakan tersebut bagian dari adat istiadat leluhur atau kelengkapan suatu budaya. Demi rasa hormat dan takluk tersebut, "sosok" itu pun dipanggil dengan panggilan dan gelar kehormatan, di antaranya diberi sebutan: "Kanjeng Ratu" "Ni atau Nyai", "Bunda Ratu", atau "Gusti Ratu". Agaknya setan juga haus dihormati alias gila hormat. Di tempat angker lain ada mahluk sialan yang juga diberi panggilan hormat seperti Den Bagus, Dhanyang, Kanjeng Pangeran, Sang Prabu atau Datuk.

    Padahal Tuhan Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa bersedia disebut dengan namaNya saja, walau jelas harus dengan rasa hormat. Bahkan ketika menyebut namaNya tidak perlu memakai tambahan sebutan kehormatan seperti "Kanjeng", "Gusti", "Pangeran" atau "Paduka". Inilah bukti jelas bahwa Tuhan Allah adalah Maha Pemurah, Maha Pengasih, sehingga bersedia disebut namaNya saja agar terasa diriNya dekat bagi yang sepenuh hati dan ihklas hanya mempercayaiNya dengan keteguhan iman.
                                
                                                                 ***

  MENURUT saya pribadi, tidak percaya bahwa setiap rumah ada penghuni lainnya alias mahluk halus sejauh memang tidak diundang yang empunya rumah. Golongan setan tahu rumah orang beriman yang senantiasa berdoa untuk keselamatan diri, keluarga dan rumahnya akan melihat pancaran /aura sinar Illahi yang dapat menolak dan membuat "silau" ketika melihat rumah dan penghuninya yang hanya memasrahkan diri dalam lindungan Tuhan Allah.

   Jelas segala jenis setan tidak bisa menumpang  tinggal atau bersarang di dalam rumah dari orang yang beriman, apalagi sampai kurang ajar mengganggu penghuni rumah. Setan atau arwah gentayangan atau mahluk halus yang penasaran, pasti takut pada pancaran bathin dari pemilik rumah yang keimanannya sudah "loro-loro ning atunggal", atau manunggal dirinya dengan zat Illahi seperti tersebut di atas. Malahan serangan dukun santet pun tidak bisa mengenainya, karena dukun santet alias teluh bermitra dengan mahkluk jenis setan untuk melancarkan aksi jahatnya. Jadi jelas, setan bahkan raja/ratu jin apalagi setan kerdil alias tuyul bukan takut atau merasa tak berdaya karena faktor jimat-jimat, atribut termasuk model busana tertentu, simbol-simbol atau rajah yang dikenakan ditubuh atau sengaja terpasang di dalam rumah seseorang. ***