Air Terjun Talang Rimbo (sumber google) |
GELIAT WISATA ALAM CURUP
Curup tidak setenar dan belum seramai kawasan wisata Puncak Pass yang ada di jalur antara kota Bogor ke arah Cianjur di Jawa Barat. Meskipun begitu, Curup dengan luas mencapai 4.109 km2 diproyeksikan bisa menjadi tempat wisata yang menjanjikan sejajar dengan kawasan Puncak di Jabar bahkan akan berkembang lebih baik dari pada Lembah Harau di Payakumbuh, Sumatera Barat. Sebab Curup walaupun hanya sebuah kota setingkat Kecamatan dari Kabupaten Rejang Lebong yang berada di Provinsi Bengkulu, memiliki pesona keindahan alam yang fantastis elok rupawan dan lengkap seperti Suban Air Panas, danau Mas, danau Talang Kering, air terjun di Kepala Curup, situs pra sejarah di desa Apur dan lokasi pendakian di Gunung Kaba yang dipuncaknya terdapat tiga buah kawah cukup indah.
Kecamatan Curup berada di pegunungan Bukit Barisan yang dikelilingi Bukit Kaba dan Bukit Daun, tidaklah heran hawa di sini sangat sejuk, walaupun di musim panas di bulan Juli suhu berkisar antara 16-17 derajat Celcius. Karena itu pula dari berkah alam yang berbukit-bukit dengan ketinggian 100 - 1000 meter dari permukaan laut, daerah ini juga menghasilkan beras, kopi, teh dan sayur mayur berkualitas dan terkenal ikut menjadi pemasok kebutuhan sayuran sampai ke daerah Palembang, Padang, Jambi, Lampung, bahkan memenuhi konsumen di Jakarta.
***
Jangan dilupakan di Gunung Kaba terdapat lokasi cagar alam dan di dalamnya terdapat bunga Raflesia yang terkenal di dunia. Di sana pula diperkirakan terdapat fauna khas Sumatra, seperti kambing gunung (Capricornis Sumatraensis/Sumatran Serow) yang tingginya bila dewasa bisa mencapai 85 - 94 Cm. Gunung api Kaba (3500 meter dari permukaan laut) tampak seperti gunung kembar dengan Gunung Hitam yang telah padam. Pendaki dapat mencapainya liwat Kabupaten Lahat dan Lubuk Linggau..
Satu lagi obyek wisata lain yang menjadi kunjungan "wajib" pelancong di Curup adalah rumah adat Rejang Lebong, milik penduduk asli suku Rejang. Lemai merupakan makanan khasnya yang terkenal terbuat dari rebung bambu yang diiris kemudian di fermentasi dalam wadah toples dicampur ikan air tawar, setelah sepuluh hari siap dihidangkan. denngan rasanya yang pedas.
Dengan demikian Curup boleh dikatakan merupakan kawasan untuk paket obyek wisata bernuansa alam yang komplit. Meskipun begitu baru beberapa hotel setingkat kelas melati yang sudah siap untuk dapat menampung wisatawan dari luar kota bahkan dari manca negara, seperti Hotel Kaba atau Griya Anggita.. Di antaranya yang agak tampak lumayan yaitu hotel Aman Jaya di jalan AK Gani. Jelas kalau Curup telah berkembang menjadi obyek dan sasaran penting bagi kunjungan wisata, maka perlu dipikirkan oleh Pemda bagi pengembangan sarananya dan promosi . Termasuk kemungkinan menngundang ketertarikan investor untuk membangun hotel yang dapat memenuhi standar bagi wisatawan manca negara plus service berkelas internasional. Untuk promosi juga dapat dengan giat menyebarkan brosur dan iklan tentang keindahan alam Curup di pelabuhan dan melalui bandar udara sekalian dengan peta petunjuk obyek wisatanya, transportasinya, kantor polisi dengan aparatnya yang siap mengamankan turis dan tempat souvenir, seperti yang dilakukan oleh Pemda di Bali dan jajarannya dengan cukup kompak.
Jangan dilupakan, tetap perlu pembinaan dan penerangan kepada masyarakat lokal untuk turut serta menjaga keasrian alamnya, keramah tamaan lokal dan adat istiadat setempat sebagai modal khas menarik pelancong, selain agar tidak malah terjadi erosi kebudayaan. Tidak salah juga sebagai pelengkap wisata alamnya yang khas, diupayakan membangun kawasan seperti Taman Safari. Dalam hal ini pihak Pemda bisa bernegosisasi tentang kemungkinannya dengan pihak pengelola Taman Safari di Cisarua, Bogor. Langkah posiitif ini selain untuk turut serta dalam pelestarian fauna khas Sumatera yang habitatnya mulai terganggu dengan maraknya perluasan HPH, juga untuk kepentingan edukatif. Agaknya gagasan ini juga sudah menjadi tren di beberapa daerah yang wilayahnya berpotensi wisata.
Perlu dipikirkan tentang bagaimana orientasi penanganan obyek wisata alam di Curup. Apakah lokasi wisata alam Curup akan terbuka untuk umum dalam arti pengunjung tidak perlu ditarik bayaran masuk, seperti pada obyek wisata alam di Amerika. Di sana pengunjung bisa sepuasnya bersantai tanpa perlu ditarik bayaran, begitu juga ketika harus parkir mobil dengan tertib dan sampai urusan ke toiletnya yang terawat. Contohnya seperti di Niagara Falls, Atlantic City atau di pantai Long Beach. Atau umpama gaya di Malaysia yaitu saat berkunjung ke Genting Hihgland, turis masuk ke kawasan wisata dan gunakan toilet tidak dikenai tarif, tetapi bila ingin bermain di wahana permainan yang telah disediakan mereka harus membeli koin. Pilihan lain, apakah akan mengikuti pola pengelolaan gaya di Jawa yang sudah berorientasi demi uang harus mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan tarif gila-gilaan seperti di Kawah Putih di Ciwidey tanpa mennghiraukan service pengunjung dan keamanan-kenyamanannya termasuk urusan ke toilet bertarif yang jorok dan bau kurang terurus. Tantangan menanti bagi Pemda Curup dan masyarakatnya dalam bagaimana berrsikap arif dengan lingkungan alamnya sebagai anugerah Tuhan dan dengan gagasan mendapatkan income.***
Perlu dipikirkan tentang bagaimana orientasi penanganan obyek wisata alam di Curup. Apakah lokasi wisata alam Curup akan terbuka untuk umum dalam arti pengunjung tidak perlu ditarik bayaran masuk, seperti pada obyek wisata alam di Amerika. Di sana pengunjung bisa sepuasnya bersantai tanpa perlu ditarik bayaran, begitu juga ketika harus parkir mobil dengan tertib dan sampai urusan ke toiletnya yang terawat. Contohnya seperti di Niagara Falls, Atlantic City atau di pantai Long Beach. Atau umpama gaya di Malaysia yaitu saat berkunjung ke Genting Hihgland, turis masuk ke kawasan wisata dan gunakan toilet tidak dikenai tarif, tetapi bila ingin bermain di wahana permainan yang telah disediakan mereka harus membeli koin. Pilihan lain, apakah akan mengikuti pola pengelolaan gaya di Jawa yang sudah berorientasi demi uang harus mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan tarif gila-gilaan seperti di Kawah Putih di Ciwidey tanpa mennghiraukan service pengunjung dan keamanan-kenyamanannya termasuk urusan ke toilet bertarif yang jorok dan bau kurang terurus. Tantangan menanti bagi Pemda Curup dan masyarakatnya dalam bagaimana berrsikap arif dengan lingkungan alamnya sebagai anugerah Tuhan dan dengan gagasan mendapatkan income.***
Gunung Bungkuk di desa Cawang Baru, Bengkulu Tengah, bisa terlihat dari kota Curup (sumber google) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar