Sabtu, 26 Januari 2013

Dimanapun kita berada, Mari Berbatik

  Di tahun 2002 yang lalu, aku mendapat undangan  dari Lembaga Human Rights, yang bermarkas di  Amerika. Aku ditempatkan di sebuah kota hijau Phyladelpia, kota yang besih, tertib dan tenang, banyak bangunan tua dan pohon yang tumbuh serta terjaga di sana. Di Negara Paman Sam ini, aku belajar banyak hal, terlebih dengan bersosialisasi dengan para undangan dari berbagai negara, mempelajari gaya  kehidupan, budaya yang ada. Namun tentunya tidak serta-merta aku menerima budaya yang ada di sana. Bagiku prinsip tetap terjaga, budaya dan agama yang aku pegang selalu kujadikan filter untuk menyaring berbagai hal yang bersinggungan.

Menjaga nama baik Indonesia tentunya, adalah poin yang senantiasa aku indahkan. Dapat  undangan untuk mengikuti program ini bukanlah hal yang mudah untuk di dapatkan. Maka, kumanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang ada. Ada satu hal yang kemudian membuat aku merasa Indonesia. Iya aku menjadi Indonesia dan merasa bangga di sebut Indonesia. Yakni kekayaan yang di miliki Indonesia, dari hasil kebudayaan yang ada. Mereka sendiri yang menyebutkan tentang batik yang saat itu kukenakan, setelah kujelaskan beberapa hal yang menarik tentang masyarakat yang ada di Indonesia.

Karena aku satu-satunya delegasi yang berbatik berasal dari Indonesia, akhirnya mengalirlah pertanyaan-pertanyaan  seputar batik. Aku berusaha memperkenalkan sedikit demi sedikit, pengetahuan tentang batik yang kumiliki, yang kurasakan tidak cukup baik, di tambah juga aku bukanlah putra pariwisata, maka siasat yang aku lakukan adalah dengan bekal browsing di internet saat itu aku bisa menjelaskan sedikit demi sedikit. Maklumlah aku tidak siap karena kedatanganku di undang dalam rangka membicarakan penegakan hak asasi manusia bukan tentang batik. Akhirnya, aku bisa dengan mudah meyakinkan mereka bahwa Indonesia benar-benar negara kaya akan batik

***

Yang aku jelaskan pada awalnya adalah arti batik dan tradisi membatiknya.

Batik adalah cat atau gambar (pada kriya/kain) dengan pembuatan secara khusus baik penulisan maupun pengolahannya. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun-temurun sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenal berasal dari batik keluarga tertentu. Motif batik sendiri dibentuk dengan cairan lilin yang menggunakan alat bernama canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar.
(Menurut kamus besar Bahasa Indonesia)

Dengan semangatnya, kubuka internet lebih lanjut serta kujelaskan sambil sedikit membaca dan melirik laptopku yang terbuka mengenai situs macam-macam batik yang terdapat di Indonesia, seperti :

1.    Batik Keraton
     
Batik Kraton awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris.

2.   Batik Sudagaran

Motif larangan dari kalangan keraton merangsang seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan “berani” dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.

3.   Batik Petani

Batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan  tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional karena hanya sebagai sambilan.


4.   Batik  Belanda
Warga keturunan Belanda banyak yang tertarik dengan batik Indonesia. Mereka membuat motif sendiri yang disukai bangsa Eropa. Motifnya berupa bunga-bunga Eropa, seperti tulip dan motif tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di sana. 



5.    Batik Jawa Hokokai


Pada masa penjajahan Jepang di pesisir Utara Jawa lahir ragam batik tulis yang disebut batik Hokokai. Motif dominan adalah bunga seperti bunga sakura dan krisan. Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) .

(Sumber :
Berbagai Macam Batik di Indonesia)

***
Di dalam pembicaraan batik bersama para kolega asing tersebut, mereka juga antusias ketika sampai penjelasan ke peralatan batik, yang terdiri dari soga, lerak, canting, malam, dan Akar wangi, rasa ingin tahu mereka luar biasa, hanya sayangnya gambar-gambar peralatan batik tidak ada di situs, bahkan aku jelaskan untuk mengetahui, datang saja ke Indonesia, di sana ada Museum Batik Yogyakarta, Museum Batik Danar Hadi, Museum Ullen Sentalu. Serta aku jelaskan pusat batik  yang bisa mereka datangin, apabila mereka datang ke Indonesia, untuk belanja batik secara langsung serta memiliki batik sesuai selera ataupun ingin mendesain sendiri juga bisa, seperti di Kampung batik Laweyan, Kampung Batik Trusmi, Pasar Beringharjo, Pasar Kliwon, Surakarta. Hanya sayangnya pada saat itu belum ada belanja batik secara online, seperti di batik online.

Dibalik bentuknya yang unik menarik, batik menyimpan sejarah warisan budaya leluhur dalam perjalananannya yang panjang untuk mencapai bentuknya kini dengan berbagai motif dan corak serta sarat makna. Bahkan batik sekarang sudah mendunia  untuk di pakai sehari-haripun nyaman di tubuh kita, apalagi warnanya bagus-bagus, serta harganyanya banyak yang terjangkau. Batik memang terbaik, buktinya sejak tahun 2009 batik telah diakui dunia internasional, dunia mengakui batik yang merupakan salah satu warisan budaya dari Indonesia. Pengakuan serta penghargaan itu disampaikan secara resmi oleh United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO)  pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Mengacu pada pengakuan dan penghargaan tersebut, memang kita sebagai bangsa harus bangga dan mungkin juga sudah seharusnya memakai nya dalam berbagai kesempatan, karena memiliki kebudayaan yang luar biasa ini.

***
Akhirnya kebersamaan selama hampir tiga bulan dengan rekan seperjuangan di Human Rights tidak hanya berbicara topik kemanusiaan saja, ternyata sudah masuk ke rana  budaya  turun temurun bangsa Indonesia yaitu tentang  batik. Dan selanjutnya, mereka berjanji  suatu saat akan berkunjung ke Indonesia, untuk belanja ke tempat pusat  pembuatan batik, ke toko batik ataupun butik batik. Dan aku akan siap menemani mereka, demi kebersamaan yang telah kami jalankan bersama.
Harus diakui bahwa  batik-batik nusantara sangatlah elok rupawan, Marilah kita jaga semua kekayaan yang ada di negeri kita. Jangan sampai timbul lagi masalah yang sama seperti masalah Malaysia menghakpatenkan kekayan bangsa kita untuk negaranya. Mari kita lestarikan semua kekayaan di negeri kita dan seperti slogan yang telah dikumandangkan ke seluruh Indonesia, Aku bangga dengan produk Indonesia..***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar