KESURUPAN
Peristiwa kesurupan seringkali disangka suatu peralihan
mendadak dari diri asli ke keadaan lain. Atau sebagai ekspansi oleh pribadi
lain ke dalam keperibadian seorang manusia. Kemudian timbullah corak serba
emosi, tanpa control diri dan menentang logika.
Pengalaman itu tidak
dapat digambarkan secara metodis. Karenanya mudah mengundang tafsiaran
sekenanya, seperti dikarenakan mabok berat atau munculnya peningkatan daya-daya
bawah saadar. Pada mereka yang masuk ke taraf kesurupan menyeluruh kesadaran
aslinya berhnti, begitu pula perilaku wajar dan hubungan dengan obyek di
sekelilingnya putus. Tetapi sebenarnya penyebab timbul peristiwa kesurupan
masih bias terbagi lagi.
ARWAH GENTAYANGAN
Jika dkenal bersifat abstrak. Pada waktu manusia hidup, jiwa
masih mendekam pada tubh jasmani. Jiwa itulah inti kekuatan badan. Berkat jiwa
juga manusia berpikir, merasa, berkehendak dan brtindak.
Pada saat seorang mahluk manusia mati, jiwa melayang
meninggalkan tubuh dan terlepaslah hubungan dengan tubuh jasmani. Hal ini jelas
terlihat kalau tubuh jasmani hancur berubah bentuk di dalam tanah, atau
berganti menjadi abu pada waktu dikremasi di tempat pembakaran mayat.
Sedangkan jiwa yang tlah terlepas dari jasmani oleh
masyarakat tertentu dianggap dapat berbuat semaunya, dan alam semesta merupakan
tempat yang juga penuh dengan jiwa-jiwa merdeka. Jiwa itu disebut sukma, nyawa,
rwah atau mahluk halus. Mahluk-mahluk halus tadi tinggal dekat di sekeliling
manusia. Lalu mahluk-mahluk ini dikategorikan gentayangan, yang dapat menjadi
penyebab peristiwa kesurupan.
Akan tetapi sekelompok masyarakat mempercayai, umumnya arwah
dari orang yang ketika hidup berperilaku baik dan saleh akan menetap di alam
surge. Sebaliknya arwah dari orang yang pada waktu hidup termasuk pendosa
akan tinggal di neraka.
MACAM KESURUPAN
Apabila diamati lebih cermat pada peristiwa ekspansi mahluk
halus, dapat diketahui bahwa kejadian itu terbagi dalam tingkatan kesurupan
memang disengaja dan yang tak disengaja.
Di dalam peristiwa kesurupan yang disengaja, terlihat
seseorang atau beberapa orang oleh kemauan sendiri atau liwat kemampuan gaib
seorang perantara atau dukun sengaja “dimasukkan” arwah/ roh lain ke dalam
dirinya. Cara-cara yang ditempuh untk itu amat khusus, mistis dan diikuti
pembacaan doa-doa atau mantra-mantra. Bahkan di dalam rangka suatu pertunjukan
khas akan diiringi dengan irama-irama music tradisional.
Kejadian tersebut dapat dilihat pada acara kesurupan
menyeluruh (full trance), umpamanya ketika berlangsung permainan Jathilan (kuda
lumping), tari Pakon di Lombok atau tari Keris. Di dalam peristiwa sengaja
mengundang arwah ini, terdapat yang Cuma diundang khusus “masuk” ke dalam
bagian tubuh tertentu (local). Sedang si pemilik tubuh tetap sadar, misalnya
“memasukkan” arwah ke lidah. Tapi pada
peristiwa sengaja mengundang arwah ini, bias pula dijumpai orang meminta agar
roh masuk ke benda yang dibentuk orang-orangan, seperti dalam permainan
Jailangkung atau Ninik Towok.
Pada peristiwa kesurupan menyeluruh tidak disengaja yang
terjadi adalah, ekspansi dari arwah gentayangan
ke dalam tubuh seorang manusia tanpa dikehendakinya. Dalam kejadian
demikian, arwah lain itu mengambil alih seluruh kekuasaan atas tubuh manusia
yang dimasukinya. Di sini si pemilik tubuh tidak sadar, malahan ada peristiwa
“kemasukan” yang tidak tampak agresif dan manusia sasarannya kelihatan seperti
pingsan. Arwah tergolong penasaran ini baru dapat pergi setelah dia merasa puas
mengganggu, menyampaiakan maksud-maksudnya atau karena diusir/ ditaklukkan oleh
seorang ahli olah batin.
Bentuk ekspansi awah yang tidak diingin seseorang dapat pula
bersifat terbatas pada bagian tubuh tertentu saja. Kejadian ini ada yang
menyebut sebagai “ketempelan”. Di dalam peristiwa ketempelan orang yang
“ditempel” bisa tetap sadar. Dan sang arwah yang masuk misalnya berada di dalam
perut atau lambung saja, bahkan hanya “menempel” di kemlauan. Orang ketempelan
akan merasakan sakit di bagian tubuh yang dimasuki arwah. Tetapi terdapat arwah
menempel yang langsung membikin pingsan.
Untuk mengatasi peristiwa ketempelan jelas hanya bias
ditangani oleh pakar olah batin, atau karena si arwah yang masuk tadi sudah
puas melampiaskan kejahilannya. Namun guna membekali diri supaya aman dari
peristiwa kesurupan atau ketempelan, sesungguhnya cukup dengan beriman
kepadaNya dan ini merupakan daya tangkal paling ampuh.***Termuat di Berita Buana Jumat Pon 16 Maret 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar