Jumat, 28 Desember 2012

KESURUPAN



KESURUPAN

Peristiwa kesurupan seringkali disangka suatu peralihan mendadak dari diri asli ke keadaan lain. Atau sebagai ekspansi oleh pribadi lain ke dalam keperibadian seorang manusia. Kemudian timbullah corak serba emosi, tanpa control diri dan menentang logika.
Pengalaman itu  tidak dapat digambarkan secara metodis. Karenanya mudah mengundang tafsiaran sekenanya, seperti dikarenakan mabok berat atau munculnya peningkatan daya-daya bawah saadar. Pada mereka yang masuk ke taraf kesurupan menyeluruh kesadaran aslinya berhnti, begitu pula perilaku wajar dan hubungan dengan obyek di sekelilingnya putus. Tetapi sebenarnya penyebab timbul peristiwa kesurupan masih bias terbagi lagi.

ARWAH GENTAYANGAN
Jika dkenal bersifat abstrak. Pada waktu manusia hidup, jiwa masih mendekam pada tubh jasmani. Jiwa itulah inti kekuatan badan. Berkat jiwa juga manusia berpikir, merasa, berkehendak dan brtindak.
Pada saat seorang mahluk manusia mati, jiwa melayang meninggalkan tubuh dan terlepaslah hubungan dengan tubuh jasmani. Hal ini jelas terlihat kalau tubuh jasmani hancur berubah bentuk di dalam tanah, atau berganti menjadi abu pada waktu dikremasi di tempat pembakaran mayat.
Sedangkan jiwa yang tlah terlepas dari jasmani oleh masyarakat tertentu dianggap dapat berbuat semaunya, dan alam semesta merupakan tempat yang juga penuh dengan jiwa-jiwa merdeka. Jiwa itu disebut sukma, nyawa, rwah atau mahluk halus. Mahluk-mahluk halus tadi tinggal dekat di sekeliling manusia. Lalu mahluk-mahluk ini dikategorikan gentayangan, yang dapat menjadi penyebab peristiwa kesurupan.
Akan tetapi sekelompok masyarakat mempercayai, umumnya arwah dari orang yang ketika hidup berperilaku baik dan saleh akan menetap di alam surge. Sebaliknya arwah dari orang yang pada waktu hidup termasuk pendosa akan  tinggal di neraka.




MACAM KESURUPAN
Apabila diamati lebih cermat pada peristiwa ekspansi mahluk halus, dapat diketahui bahwa kejadian itu terbagi dalam tingkatan kesurupan memang disengaja dan yang tak disengaja.
Di dalam peristiwa kesurupan yang disengaja, terlihat seseorang atau beberapa orang oleh kemauan sendiri atau liwat kemampuan gaib seorang perantara atau dukun sengaja “dimasukkan” arwah/ roh lain ke dalam dirinya. Cara-cara yang ditempuh untk itu amat khusus, mistis dan diikuti pembacaan doa-doa atau mantra-mantra. Bahkan di dalam rangka suatu pertunjukan khas akan diiringi dengan irama-irama music tradisional.
Kejadian tersebut dapat dilihat pada acara kesurupan menyeluruh (full trance), umpamanya ketika berlangsung permainan Jathilan (kuda lumping), tari Pakon di Lombok atau tari Keris. Di dalam peristiwa sengaja mengundang arwah ini, terdapat yang Cuma diundang khusus “masuk” ke dalam bagian tubuh tertentu (local). Sedang si pemilik tubuh tetap sadar, misalnya “memasukkan” arwah ke lidah. Tapi  pada peristiwa sengaja mengundang arwah ini, bias pula dijumpai orang meminta agar roh masuk ke benda yang dibentuk orang-orangan, seperti dalam permainan Jailangkung atau Ninik Towok.
Pada peristiwa kesurupan menyeluruh tidak disengaja yang terjadi adalah, ekspansi dari arwah gentayangan  ke dalam tubuh seorang manusia tanpa dikehendakinya. Dalam kejadian demikian, arwah lain itu mengambil alih seluruh kekuasaan atas tubuh manusia yang dimasukinya. Di sini si pemilik tubuh tidak sadar, malahan ada peristiwa “kemasukan” yang tidak tampak agresif dan manusia sasarannya kelihatan seperti pingsan. Arwah tergolong penasaran ini baru dapat pergi setelah dia merasa puas mengganggu, menyampaiakan maksud-maksudnya atau karena diusir/ ditaklukkan oleh seorang ahli olah batin.
Bentuk ekspansi awah yang tidak diingin seseorang dapat pula bersifat terbatas pada bagian tubuh tertentu saja. Kejadian ini ada yang menyebut sebagai “ketempelan”. Di dalam peristiwa ketempelan orang yang “ditempel” bisa tetap sadar. Dan sang arwah yang masuk misalnya berada di dalam perut atau lambung saja, bahkan hanya “menempel” di kemlauan. Orang ketempelan akan merasakan sakit di bagian tubuh yang dimasuki arwah. Tetapi terdapat arwah menempel yang langsung membikin pingsan.
Untuk mengatasi peristiwa ketempelan jelas hanya bias ditangani oleh pakar olah batin, atau karena si arwah yang masuk tadi sudah puas melampiaskan kejahilannya. Namun guna membekali diri supaya aman dari peristiwa kesurupan atau ketempelan, sesungguhnya cukup dengan beriman kepadaNya dan ini merupakan daya tangkal paling ampuh.***Termuat di Berita Buana Jumat Pon 16 Maret 1990.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar